Update Today

Aku ingin denganmu, Adek Part.2

Semenjak kejadian itu, aku benar-benar semakin berhasrat pada adikku. Ada saja alasanku untuk selalu berada didekatnya agar bisa menikmati lekuk tubuhnya. Saat dia sibuk memasak, aku pura-pura merokok dimeja makan dan menikmati goyangan pantatnya dari belakang. Saat dia menyiram bungapun aku ikut duduk diteras, berharap dapat sekilas melihat belahan dadanya saat dia membungkuk merawat tanaman kami.

Yang paling aku suka adalah saat-saat aku beronani dengan melihat Novi secara langsung ketika adikku asik menjemur pakaian dibalkon, biasanya dia hanya menggunakan daster tipis sehingga menambah aura sensualitasnya menurutku. Birahiku semakin terbakar, aku ingin menjamah tubuhnya seperti malam itu, namun sayangnya Novi tak pernah lagi lupa menutup serta mengunci pintunya.

Pagi itu hujan deras mengguyur kotaku, aku bangun telat. Saat turun adikku sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi, seperti biasa akupun langsung duduk dimeja makan untuk memandangi tubuhnya dari belakang. Ayahku pasti sudah berangkat kerja, sedang ibuku dia sedang diluar kota menjenguk tante Risa yang baru melahirkan anak keduanya.

“baru bangun kak?” basa-basi adikku saat melihatku duduk dan menyalakan rokok dimeja makan.

“iya dek. Masak apa kamu?”

“Nasi goreng aja ya kak?”

“boleh” kataku.

Aku benar-benar menikmati setiap aktivitasnya saat memasak. Apalagi ketika tubuhnya berguncang-guncang waktu memotong sayur dan mencincang daging. Walau saat itu adikku memakai baju olahraga lengan dan celana panjang, namun lekukan tubuhnya tetap nampak jelas. Pagi itu memang dingin, namun sekujur tubuhku sudah panas oleh api birahi, hingga dengan kondisi setengah sadar aku nekat memeluk adikku dari belakang, hap!

Sesaat aku mendaratkan kedua tanganku pada perutnya, menyadarkan daguku pada bahunya serta yang paling terasa adalah ketika batangan penisku dibalik boxer ini menyentuh bongkahan pantatnya.

Adikku sendiri langsung terpekik kaget menerima perlakuanku.

“iih kak. Apaan sih peluk-peluk” kata Novi menjatuhkan pisau ke westafel sambil meronta mencoba melepaskan diri dari pelukanku.

Aku sendiri benar-benar dikuasai nafsu, nafasku tak beraturan.

“Maafin kakak Dek. Kakak sayang sama kamu” kataku sambil mencoba mempererat dekapan tubuhku padanya.

“iiih, apaan sih kak. Udah lepasin aku!” adikku masih mencoba melepaskan dirinya dariku.

“kakak cuman mau meluk kamu kok dek. Kakak sayang sama kamu”

“iih.. Ya ga usah pake peluk-peluk aku segala kan, risih tauu.. Udah kak lepasin aku!!”

Nampaknya Novi belum menyadari niatku dan nafsuku padanya.

“Nov.. Uuh” tanganku mulai naik meraba payudara sebelah kanannya. Kali ini adikku benar-benar terkejut.

“Kak!!! Ngapain kamu!!” kali ini Novi benar-benar naik darah, dia langsung meronta keras dan menepis tanganku pada dadanya.

“kak, kamu kenapa sih!! Lepasin, lepasin aku!!” sambil tangannya berontak dan kakinya menendang-nendang kesegala arah. Pasti adikku mulai merasa tak nyaman.

Aku juga tak mau kalah, nafsu yang sudah mengendalikanku benar-benar membuatku gelap mata. Tanganku terus mendekap tubuhnya erat sambil membalikan tubuhnya cepat, dalam kesempatan itu langsung aku daratkan bibirku pada bibirnya dan..

“kak! eehmm!!!” pekiknya saat bibirku mengecup bibirnya. Saat aku menciumnya, perlawanan sempat berhenti sesaat, tak sampai dua detik dia kembali berontak, kepalalnya dia geleng-gelengkan demi menghindari ciumanku.

“kak, aku gak mau. Lepasin aku kak!” Novi mulai berteriak, aku tak perduli, siapa yg bisa mendengar teriakannya dalam suasana hujan deras seperti ini.

Sulit menjangkau bibir Novi, ciumanku turun kelehernya, aku menghirup aroma tubuhnya dan benar-benar seperti bensin yg semakin membakar hasratku.

Novi masih meronta-ronta dalam dekapanku, aku pepet tubuhnya ke meja makan dan langsung aku tindih tubuhnya.

“kakaaak!! Bajingan!! Lepasin aku sekarang!!” Rontaan Novi benar-benar spartan dan merepotkanku, sedikit kesal aku tampar pipinya.

Plak!!! Adikku shock, rontaannya tertahan.

Plak! Plak! Kutampar dia dua kali lagi untuk memastikan rontaannya melemah dan benar saja, Novi langsung terdiam, namun dia menangis pelan, dapat kulihat air matanya mulai turun dari ujung matanya. Aku sudah benar-benar kalap.

Melihat kesempatan ini langsung saja aku mencium bibirnya, adikku diam saja, tangisnya mulai tersedu-sedu. Aku bisa merasakan basah air matanya pada wajahku yg sedang mengecup bibirnya. Tangankupun mulai bebas bergerilya, aku meremas-remas kedua buah dadanya yang masih tertutup kausnya.

“eehhmm.. Ehmmm.. Uuuhhhuuuh” adikku mendesah diantara tangisnya. Tanganku mulai menelusup kebalik bajunya dan mulai meremas dadanya yang masih tertutup cup BH. Diluar angin masih mendesau dalam gelap dan derasnya hujan. Udara sangat dingin sebenarnya, tapi tubuhku merasa panasnya api gairah, dan kini mendapati tubuh adikku yang sudah tak melawan.

Aku melepaskan ciumanku pada mulutnya, kini kutatap wajahnya yg menatapku nanar, pipinya merona merah karena tamparanku. Aku jadi sedikit iba

“maafin kakak dek, tapi kakak gak bisa nahan lagi” kataku berbisik ditelinga kanannya

“badan kamu bagus, kakak pengen ngerasain badan kamu.. Sayang”

Mendengar perkataanku air mata mengalir semakin deras dari kedua sudut matanya, suara tangisnya semakin pilu, namun tetap tak cukup baik menjangkau nuraniku, setan masih cukup menguasaiku. Setelah aku berbisik, aku menjilat pipinya yg tadi kutampar demi meredakan perlawanannya. Aku menjilat lembut seperti menjilati eskrim, lembut sambil perlahan turun ke lehernya.

Tanganku masih aktif meremas kedua buah dadanya, mulai bosan terhalang bh Novi, aku singkapkan baju dan bh nya. Novi sempat menolak pelan, tangannya kembali mencoba berontak walau tanpa tenaga

“kak Bani, jangan kak. Pliss.. Jangan. Eehhmmmhhh”

Aku langsung menyumpal mulutnya dengan bibirku, tangankupun dengan sigap menyingkap baju dan bh’a dan tak perlu waktu lama untuk menelanjangi tubuh bagian atasnya, kendati bajunya masih melekat dileher Novi, namun buah dadanya kini bebas untuk kunikmati. Tanpa membuang waktu langsung saja kuremas-remas buah dadanya yg ranum.

“eehhhmm..” adikku menjerit tertahan ketika tanganku meremas-remas buah dada dan mempermainkan putingnya. Ketika kulepas ciumanku, wajah Novi tampak meringis menahan geli. Aku sendiri terbelalak melihat buah dada Novi, kendati tak terlalu besar kutaksir hanya 32B namun tetap indah dan sedap dipandang.

“uuhh!!! Ooh!! Ehhk!” Adikku menjerit kecil dan tubuhnya berguncang ketika dadanya kujilati dan kupermainkan. Kulihat dia menutup mulutnya dengan tangan kanan untuk menahan teriakan, sedangkan tangan kirinya tampak meremas bibir meja makan.

“ehh.. Ehhhk.. Kak.. Jangandht.. Kakh.. Oh” Adikku mulai mendesah, tubuhnya mulai bergelinjang.

Aku sendiri benar-benar menikmati sensasi lidah dan bibirku pada kulit serta puting payudra adikku.

Batang penisku sudah sangat tegang dibalik boxerku, akupun segera membebaskannya dengan melepas boxer serta celana dalamku. Lalu tanpa membuang waktu aku segera mencoba melepas celana traing adikku. Lagi-lagi Novi mencoba berontak, kakinya menendang-nendang pelan saat celananya sudah kupelorotkan sampai paha.

“kak, udah kak. Plis jangan. Udah kak aku mohoon!!” kata Novi dengan suara bergetar menahan tangis

Lagi-lagi mulutnya aku bungkam dengan mulutku, lalu tangan kiriku memilin puting payudaranya, cukup efisien untuk membawa kembali adikku larut dalam permainanku. Dan tanpa hambatan kini celana training dan cd Novi sudah lolos dari tubuhnya, tanpa membuang waktu langsung aku arahkan batang penisku ke miss v nya.

“Kak udah cukup kak. Aku gak mau!!”

Aku mencoba menahan rontaannya lagi.

“kak jangan begini kak. Gak boleh!! Kita ini kakak adek! Kak Bani pliss” sambil tangannya mencoba menjauhkan tubuhku dari tindihannya. Namun apa daya tenagaku jauh lebih kuat dari tenaganya, sekali lagi kutampar Novi agar dia diam.

Plak!!

“aaah!!” Novi berteriak. Lalu kembali menangis.

Kesempatan yang tidak kusiakan, langsung saja batang penisku kutempelkan kebibir vaginanya. Ternyata adikku sudaj basah, tak kusangka permainanku pada payudarnya sudah cukup membuatnya basah. Tak ingin membuang waktu lagi aku menekan pinggulku, aku bersiap memecahkan keperawanan Novi adik kandungku, dan

Slep!! “ooorggghh!!”

Adikku berteriak saat batang penisku masuk kerubuhnya. Namun aku sendiri tak kalah terkejutnya, penisku masuk dengan lancar tanpa ada suatu penghalang. Adikku sudah tidak perawan!!

0 Komentar

Kini kamu bisa mengikuti konten kami di Channel Whatsapp , Klik Disini untuk follow. Lebih mudah tanpa iklan berlangganan fitur One Premier! Akses tanpa batas , Fitur banyak tanpa iklan. Langganan Sekarang. Klik DISINI
© Copyright 2023 - CMD Group Indonesia.Ltd